Karawang, Jawa Barat – Ketika dunia akademik turun langsung ke tengah masyarakat, lahirlah sinergi yang bukan hanya produktif, tapi juga menginspirasi. Hal itulah yang tercermin dalam semangat tridarma perguruan tinggi melalui kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) yang diselenggarakan oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pasundan (FEB UNPAS) di Desa Pasirkaliki, Kecamatan Rawamerta, Karawang pada pertengahan Juni 2025.
Kegiatan ini mengusung tema besar: “Ekstensifikasi Produk Pasca Panen sebagai Strategi Pemberdayaan Ekonomi Perempuan Desa.”
Tujuannya tidak hanya untuk mentransfer ilmu dari kampus ke desa, tetapi membangun pola pikir baru: bahwa hasil pertanian lokal seperti beras, singkong, pisang, dan talas dapat diolah menjadi produk bernilai jual tinggi yang membuka jalan menuju ekonomi mandiri dan berkelanjutan.
Desa Pasirkaliki dikenal sebagai kawasan agraris dengan potensi hasil panen yang melimpah. Sayangnya, mayoritas hasil panen selama ini hanya dijual mentah ke pasar atau tengkulak, dengan margin keuntungan yang rendah. FEB UNPAS melihat peluang ini sebagai celah penting untuk mengintervensi melalui pendekatan ekonomi kreatif berbasis lokal.
“Kita ingin mendorong masyarakat, khususnya kaum ibu, agar lebih berdaya secara ekonomi. Potensi pasca panen di Karawang ini luar biasa, tapi belum tergarap optimal,” jelas Dr. H. Rohmat Sarman, SE., M.Si., dosen sekaligus Tim PKM FEB UNPAS.
Melalui pelatihan ini, warga tidak hanya diajarkan membuat produk olahan seperti tape ketan, keripik, renginang, opak, dan tepung beras, tetapi juga diajak memahami rantai nilai ekonomi, mulai dari bahan baku, pengolahan, pengemasan, hingga strategi pemasaran.

Warga tampak antusias mengikuti pelatihan, mulai dari diskusi hingga praktik langsung.
Kegiatan berlangsung di ruang terbuka yang sejuk dan sederhana, namun penuh dengan semangat. Puluhan ibu-ibu dari Tim Penggerak PKK Desa Pasirkaliki hadir sejak pagi, membawa serta bahan-bahan hasil panen mereka. Dari awal hingga akhir sesi, suasana selalu hidup: bertanya, berdiskusi, mencatat, hingga mencoba langsung alat dan teknik yang diajarkan.
Salah satu tokoh PKK, Acah Rasminah, menyatakan:
“Biasanya kami hanya panen, jual ke tengkulak. Tapi sekarang kami tahu cara mengolah jadi produk yang bisa kami jual sendiri. Ini sangat membuka wawasan kami,” tuturnya penuh semangat.
Materi yang disampaikan dalam pelatihan tidak hanya mencakup resep atau teknik produksi. Tim FEB UNPAS juga membekali peserta dengan:
- Teknik pengemasan yang higienis dan menarik
- Dasar-dasar pemasaran dan branding lokal
- Simulasi penentuan harga jual
- Strategi promosi sederhana, termasuk media sosial
- Rencana pengembangan kelompok usaha bersama
“Yang kami bawa bukan hanya resep, tapi juga perubahan mindset. Kami ingin desa berpikir sebagai pelaku ekonomi, bukan sekadar pemasok bahan mentah,” tambah Dr. Rohmat.
Kegiatan ini menjadi bukti bahwa kampus bukan sekadar tempat belajar teori, tetapi juga agen perubahan sosial. Pendapat Dekan FEB UNPAS, Dr. H. Juanim, SE., M.Si., memberikan makna tambahan dalam kegiatan ini.
“Kami percaya ilmu tidak boleh berhenti di ruang kelas. Harus ada transformasi ke lapangan. Masyarakat desa harus menjadi mitra aktif pembangunan ekonomi,” tegasnya.
FEB UNPAS berkomitmen untuk menjadikan kegiatan ini sebagai program pendampingan jangka panjang, tidak hanya berhenti pada pelatihan pertama.

Dari wajah-wajah ceria yang tertangkap kamera, tampak jelas bahwa pelatihan ini lebih dari sekadar kegiatan rutin. Ia menjadi simbol kolaborasi, keberdayaan, dan harapan baru. Beberapa warga bahkan mulai merintis ide untuk membentuk kelompok usaha bersama yang fokus pada olahan pasca panen.
Program pengabdian masyarakat yang dilakukan FEB UNPAS ini membuktikan bahwa penguatan ekonomi desa dapat dimulai dari dapur sendiri, dari halaman rumah sendiri. Dengan pendekatan edukatif, partisipatif, dan berbasis potensi lokal, desa-desa seperti Pasirkaliki bisa berkembang menjadi pusat produksi olahan pangan yang kompetitif di pasar lokal dan regional.
Dari beras ketan menjadi tape. Dari tape ketan lahir harapan. Dari harapan tumbuh kemandirian. Dan dari kemandirian, lahirlah masa depan desa.
FEB UNPAS telah menyalakan api kecil di Karawang. Dengan keberlanjutan, pendampingan, dan kolaborasi, api ini bisa menjadi cahaya yang menerangi desa-desa lainnya di Jawa Barat dan Indonesia.