Pos-pos Terbaru

Komentar Terbaru

Arsip

Kategori

Meta

latest posts

Ekonomi KeluargaInovasi DesaKampus BerdampakKarawang InspiratifLingkungan HidupPemberdayaan MasyarakatPengabdian UNPASPertanian Berkelanjutan

Dari Sisa Dapur Jadi Harapan: Perempuan Dusun Gabel Bangun Kemandirian Lewat Ember Tumpuk Mandiri Karawang

210views

Rawamerta, Karawang — Di sudut tenang Dusun Gabel, Desa Pasirkaliki, aroma sisa dapur kini berubah menjadi tanda kehidupan baru. Melalui inovasi Ember Tumpuk Mandiri Karawang dari Universitas Pasundan (UNPAS), para perempuan tangguh Kelompok Wanita Tani (KWT) Silih Asih berhasil menyulap limbah organik menjadi pupuk dan sumber pangan keluarga. Halaman-halaman rumah kini disulap menjadi kebun kecil yang menumbuhkan sayur, solidaritas, dan harapan baru bagi kemandirian ekonomi warga.

Inovasi sederhana namun berdampak besar ini merupakan hasil Program Hibah BIMA 2025, yang didanai oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, serta didukung oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Pasundan. Melalui kolaborasi dosen dan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UNPAS, program ini menggabungkan teknologi pertanian berkelanjutan dengan pendekatan sosial berbasis komunitas dan nilai lokal.

“Kami tidak hanya mengajarkan teknologi, tetapi membangun kesadaran baru — bahwa perubahan bisa dimulai dari dapur sendiri,” ujar H. Rohmat Sarman, S.E., M.Si., Ketua Tim Pengabdian berbasis Masyarakat UNPAS.

Program ini menjadi wujud nyata semangat Kampus Berdampak, di mana universitas hadir langsung di tengah warga, membawa ilmu yang tumbuh di tanah desa dan hati masyarakat.

Satu Ember, Seribu Manfaat

Dari luar, ember plastik bertingkat itu tampak biasa saja. Namun di dalamnya, berlangsung proses kehidupan yang perlahan mengubah cara warga Dusun Gabel memandang sisa dapur. Lapisan atas menampung limbah organik, bagian tengah menyaring air lindi menjadi pupuk cair, dan lapisan bawah menyimpan kompos padat yang siap digunakan untuk tanaman. Dalam waktu dua hingga tiga minggu, bahan-bahan yang dulu dianggap sampah kini menjelma menjadi sumber kesuburan baru.

“Awalnya kami bingung, ini ember mau buat apa. Tapi setelah dicoba, hasilnya luar biasa. Sekarang saya bisa panen kangkung dari pekarangan sendiri,” ujar Ibu Enah, anggota KWT Silih Asih, sambil tersenyum bangga.

Program Ember Tumpuk Mandiri Karawang dirancang agar teknologi tepat guna bisa diterapkan dengan mudah tanpa menunggu alat mahal atau lahan luas. Cukup dengan ember bekas, sisa sayur, kulit buah, dan nasi basi — warga dapat menghasilkan pupuk organik sendiri di rumah.

Hasilnya bukan hanya pada tanaman yang tumbuh lebih hijau, tetapi juga pada pola pikir warga yang mulai melihat limbah sebagai peluang, bukan sekadar beban. Dari dapur, mereka belajar tentang kesabaran, ketekunan, dan keberlanjutan.

“Pupuknya lebih bagus dari yang beli. Tanaman kangkung saya lebih cepat besar dan daunnya hijau sekali,” tambah Ibu Enah, sambil menunjukkan pot kangkung yang tumbuh subur di sudut halamannya.

Inovasi ini menjadi bukti bahwa perubahan besar bisa dimulai dari tindakan kecil. Satu ember menghadirkan banyak manfaat: mengurangi sampah rumah tangga, menekan biaya kebutuhan pangan, meningkatkan kemandirian keluarga, serta menumbuhkan kesadaran ekologis di tingkat komunitas.

Ibu-ibu KWT Silih Asih menunjukkan hasil panen sayuran dari pekarangan rumah setelah rutin menggunakan pupuk hasil Ember Tumpuk Mandiri Karawang.

Digerakkan oleh Perempuan, Didampingi Kampus

Melalui dukungan Program Hibah BIMA 2025, dosen dan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Pasundan (UNPAS) turun langsung ke lapangan, mendampingi perempuan desa yang menjadi motor perubahan di Dusun Gabel, Desa Pasirkaliki, Karawang. Pendekatan yang digunakan mengadaptasi model pemberdayaan ala Grameen Bank — memperkuat kelompok kecil agar mampu belajar bersama, berbagi pengalaman, dan tumbuh melalui solidaritas sosial.

“Yang kita kuatkan bukan hanya teknologinya, tapi juga komunitasnya. Dengan pertemuan mingguan, ibu-ibu saling berbagi pengalaman, saling belajar, dan saling menyemangati,” jelas H. Rohmat Sarman, S.E., M.Si., Ketua Tim Pengabdian Berbasis Masyarakat UNPAS.

Pendekatan ini menumbuhkan kepercayaan diri baru di kalangan perempuan Dusun Gabel. Dari pelatihan sederhana, kini tumbuh kelompok belajar mandiri yang rutin berdiskusi, mengelola kebun, dan merencanakan panen bersama.


Tim pengabdian UNPAS saat melakukan pendampingan dan edukasi pengelolaan sampah organik di Desa Pasirkaliki.

Dari Dapur ke Lahan, Dari Limbah ke Kehidupan

Setiap pekan, anggota KWT Silih Asih berkumpul di rumah warga atau balai desa untuk meninjau hasil kompos, memantau pertumbuhan tanaman, dan berbagi cerita. Kini, lebih dari 70% rumah tangga di Dusun Gabel sudah memiliki kebun aktif. Mereka menanam kangkung, bayam, tomat, cabai, dan serai — semua tumbuh dari tanah yang dulu hanya dipenuhi sisa dapur.

“Sekarang kalau mau masak tinggal petik di halaman. Hemat, sehat, dan menyenangkan,” ujar Ibu Tati, sambil memperlihatkan polybag berisi selada segar hasil panen.

Program Ember Tumpuk Mandiri Karawang membuktikan bahwa inovasi sederhana dapat mengubah pola hidup sekaligus memperkuat ekonomi keluarga.

Warga Dusun Gabel menunjukkan hasil tanam dari pekarangan rumah menggunakan pupuk hasil Ember Tumpuk Mandiri Karawang.

♻️ Menjawab Tantangan Sampah Rumah Tangga

Di banyak wilayah, sampah rumah tangga masih menjadi masalah utama. Namun di Karawang, Dusun Gabel kini menjadi contoh nyata pengelolaan limbah berbasis warga.
Menurut Bapak Engkos Koswara, Kepala Desa Pasirkaliki, kebiasaan warga mengolah limbah organik lewat ember tumpuk berdampak besar bagi lingkungan.

“Kalau dibuang sembarangan, sampah bisa mencemari air dan udara. Tapi kalau diolah, justru jadi berkah untuk tanah,” ujarnya.

Program ini menekan volume sampah organik secara signifikan dan mengurangi praktik pembakaran liar. Dusun Gabel kini dikenal sebagai desa hijau berbasis inovasi sosial dan komunitas.

Caption: Kepala Desa Pasirkaliki bersama warga memantau lokasi ember tumpuk di pekarangan rumah warga.

Belajar Lewat Gambar dan Aksi

Agar edukasi berjalan inklusif, tim pengabdian UNPAS membuat poster dan stiker bergambar yang ditempel di setiap ember. Desainnya sederhana dan komunikatif — menunjukkan bahan organik yang boleh dan tidak boleh dikomposkan, serta cara membuat pupuk cair alami

“Anak-anak saya sekarang ikut buang sisa sayur ke ember. Karena ada gambarnya, jadi mudah diikuti,” ujar Ibu Ika dengan tawa kecil.

Pendekatan visual ini menjadikan pengelolaan sampah bukan sekadar kegiatan teknis, tetapi juga proses pendidikan lingkungan bagi seluruh keluarga. Kini, anak-anak dan remaja pun ikut terlibat dalam menjaga kebersihan dan keberlanjutan lingkungan.


Stiker dan label panduan penggunaan ember tumpuk yang ditempel di Alat yang diberikan ke warga.

Ketika Dapur Menjadi Sekolah Kehidupan

Bagi perempuan Dusun Gabel, dapur bukan lagi sekadar ruang memasak, melainkan ruang belajar dan berdaya. Melalui program Ember Tumpuk Mandiri Karawang, para ibu dari KWT Silih Asih kini mengelola sisa dapur menjadi sumber kehidupan — pupuk, pangan, dan pengetahuan.

Dalam kegiatan serah terima alat dan bahan komposter, tim pengabdian UNPAS menyerahkan satu set ember tumpuk dan cairan aktivator EM4 kepada KWT, yang diwakili oleh Hj. Entuk Nuryati selaku ketua kelompok. Penyerahan ini bukan hanya simbol bantuan, tetapi penegasan komitmen kampus dalam memperkuat gerakan perempuan desa menuju kemandirian.

“Biasanya kami cuma dianggap urus dapur. Sekarang, dari dapur justru kami bisa bantu keluarga dan lingkungan,” ujar Hj. Entuk Nuryati dengan semangat yang menular kepada anggota kelompoknya.

Kini, di tangan para perempuan Gabel, dapur menjadi sekolah kehidupan — tempat belajar manajemen, ketekunan, dan kerja sama. Ember Tumpuk Mandiri Karawang menjadi simbol baru gotong royong perempuan desa: kecil dan sederhana, namun penuh makna sosial dan ekologis

Serah terima alat ember tumpuk dan bahan komposter dari tim pengabdian UNPAS
kepada Hj. Entuk Nuryati, Ketua KWT Silih Asih, di Dusun Gabel, Desa Pasirkaliki.

Harapan dari Tanah Sendiri

Melalui kolaborasi kampus, pemerintah, dan warga desa, program ini berhasil menyatukan tiga nilai utama: ekologi, ekonomi, dan edukasi.
Dari sisa dapur tumbuh pangan; dari limbah lahir kemandirian; dari kerja sama tumbuh keberlanjutan.

“Dari dapur, kita belajar manajemen kehidupan. Dari limbah, lahir kemandirian,” tutup H. Rohmat Sarman.

Foto bersama tim UNPAS, perangkat desa, dan warga pada kegiatan penyuluhan 25 Oktober 2025 di Dusun Gabel, Desa Pasirkaliki.

Kontributor:

Tim Pengabdian Berbasis Masyarakat FEB UNPAS – Program Hibah BIMA 2025
Ketua: H. Rohmat Sarman, S.E., M.Si.
Didukung oleh: Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UNPAS
Mitra: Kelompok Wanita Tani (KWT) Silih Asih, Desa Pasirkaliki, Kec. Rawamerta, Kab. Karawang
Publikasi: rakomnhfm.com 
Tagline: Dari sisa dapur, lahirlah masa depan.