Ekonomi DesaInovasi DesaKarawangPengabdian MasyarakatPertanianPKK

Pengabdian Kepada Masyarakat FEB UNPAS: Gelorakan Ekstensifikasi Pasca Panen di Desa Pasirkaliki, Karawang

21views

Membangun dari Akar: Ilmu untuk Rakyat, Bukan Menara Gading

Karawang, Jawa Barat — Ketika dunia akademik turun langsung ke tengah masyarakat, lahirlah sinergi yang bukan hanya produktif, tapi juga menginspirasi. Hal itulah yang tercermin dari kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) yang diselenggarakan oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pasundan (FEB UNPAS) di Desa Pasirkaliki, Kecamatan Rawamerta, Karawang pada pertengahan Juni 2025.

Desa Pasirkaliki dipilih bukan tanpa alasan. Sebagai desa agraris dengan potensi hasil panen yang melimpah. Sayangnya, mayoritas hasil panen selama ini hanya dijual mentah ke pasar atau tengkulak, dengan margin keuntungan yang rendah. Sayangnya, sebagian besar hasil panen masih dijual dalam bentuk mentah, dengan harga yang rendah dan tergantung pada tengkulak.

FEB UNPAS melihat peluang ini sebagai celah penting untuk mengintervensi melalui pendekatan ekonomi kreatif berbasis lokal.

“Kita ingin mendorong masyarakat, khususnya kaum ibu, agar lebih berdaya secara ekonomi. Potensi pasca panen di Karawang ini luar biasa, tapi belum tergarap optimal,” jelas Dr. H. Rohmat Sarman, SE., M.Si., Ketua Tim PKM FEB UNPAS.

Kegiatan ini mengusung tema besar: “Ekstensifikasi Produk Pasca Panen sebagai Strategi Pemberdayaan Ekonomi Perempuan Desa.”

Tujuannya tidak hanya untuk mentransfer ilmu dari kampus ke desa, tetapi membangun pola pikir baru: bahwa hasil pertanian lokal seperti beras ketan, singkong, pisang, dan talas dapat diolah menjadi produk bernilai jual tinggi yang membuka jalan menuju ekonomi mandiri dan berkelanjutan.

Melalui kegiatan ini, tim pengabdian FEB UNPAS hadir untuk mendorong transformasi desa dari produsen bahan mentah menjadi produsen produk olahan bernilai jual tinggi — dengan pendekatan edukatif, kolaboratif, dan berbasis pemberdayaan perempuan.

Antusiasme Warga: Ilmu yang Membumi dan Menginspirasi

Warga desa aktif mencoba praktik olahan hasil panen, dipandu mahasiswa dan dosen UNPAS.

Kegiatan berlangsung di ruang terbuka yang sejuk dan sederhana, namun penuh dengan semangat. Puluhan ibu-ibu dari Tim Penggerak PKK Desa Pasirkaliki hadir sejak pagi, membawa serta bahan-bahan hasil panen mereka. Dari awal hingga akhir sesi, suasana selalu hidup: bertanya, berdiskusi, mencatat, hingga mencoba langsung alat dan teknik yang diajarkan. Kebersamaan ini menjadi cermin bahwa ilmu kampus bisa menyatu dengan kearifan desa.

Salah satu tokoh PKK, Acah Rasminah, menyatakan:

“Biasanya kami hanya panen, jual ke tengkulak. Tapi sekarang kami tahu cara mengolah jadi produk yang bisa kami jual sendiri. Ini sangat membuka wawasan kami,”tuturnya penuh semangat.

‍ Materi Pelatihan yang Aplikatif dan Visioner

Materi yang disampaikan dalam pelatihan tidak hanya mencakup resep atau teknik produksi. Tim FEB UNPAS juga membekali peserta dengan:

  • Teknik pengemasan yang higienis dan menarik

  • Dasar-dasar pemasaran dan branding lokal

  • Simulasi penentuan harga jual

  • Strategi promosi sederhana, termasuk media sosial

  • Rencana pengembangan kelompok usaha bersama

“Yang kami bawa bukan hanya resep, tapi juga perubahan mindset. Kami ingin desa berpikir sebagai pelaku ekonomi, bukan sekadar pemasok bahan mentah,” tambah Dr. Rohmat.

Komitmen UNPAS: Akademik yang Turun ke Akar

Kegiatan ini menjadi bukti bahwa kampus bukan sekadar tempat belajar teori, tetapi juga agen perubahan sosial. Kehadiran Dekan FEB UNPAS, Dr. H. Juanim, SE., M.Si., memberikan makna tambahan dalam kegiatan ini.

“Kami tidak ingin mahasiswa hanya unggul di ruang kelas, tapi juga peka terhadap realitas sosial. Masyarakat desa harus menjadi mitra aktif pembangunan ekonomi. Ini bukan sekadar pengabdian, tapi perjalanan kolaborasi jangka panjang,” tegasnya dalam sambutannya.

Kolaborasi Nyata: Kampus, Masyarakat, dan Mahasiswa Bergerak Bersama

Peserta pelatihan mempraktikkan cara membuat olahan peuyeum ketan, didampingi dosen dan mahasiswa.

Menariknya, mahasiswa UNPAS turut serta dalam proses pendampingan teknis. Mereka tidak hanya bertugas sebagai asisten pelatihan, tetapi juga menjadi jembatan komunikasi antara warga dan pemateri. Ini menjadi pembelajaran nyata bagi mahasiswa tentang pentingnya empati sosial, komunikasi lintas generasi, dan penerapan ilmu secara kontekstual.

Kegiatan ini pun membuka ruang dialog antara generasi muda dengan pelaku ekonomi rumah tangga di desa—menciptakan ekosistem belajar yang hidup, setara, dan inspiratif.

Ekstensifikasi Pasca Panen: Jalan Menuju Desa Mandiri

Konsep ekstensifikasi pasca panen yang diusung dalam program ini mengacu pada diversifikasi pengolahan hasil pertanian sehingga tidak lagi tergantung pada satu jenis produk saja. Selain memperpanjang umur simpan dan meningkatkan nilai jual, pendekatan ini juga membuka peluang wirausaha rumahan yang fleksibel.

Dengan pembinaan dan pendampingan lanjutan, desa seperti Pasirkaliki dapat menjadi model ekonomi mikro yang tangguh: mandiri secara produksi, kreatif secara pemasaran, dan kolaboratif dalam pengelolaan usaha.

Dokumentasi dan Refleksi Lapangan

Foto bersama di akhir sesi pelatihan sebagai simbol sinergi dan semangat pemberdayaan.

Mahasiswa UNPAS yang terlibat dalam kegiatan ini juga mendapatkan pembelajaran luar ruang yang tak ternilai: tentang pentingnya komunikasi lintas budaya, pendekatan sosial, dan penerapan ilmu di tengah masyarakat nyata.

Penutup: Dari Karawang untuk Indonesia

Program pengabdian masyarakat yang dilakukan FEB UNPAS ini membuktikan bahwa penguatan ekonomi desa dapat dimulai dari dapur sendiri, dari halaman rumah sendiri. Dengan pendekatan edukatif, partisipatif, dan berbasis potensi lokal, desa-desa seperti Pasirkaliki bisa berkembang menjadi pusat produksi olahan pangan yang kompetitif di pasar lokal dan regional.

Dari beras ketan menjadi peuyeum. Dari peuyeum ketan lahir harapan. Dari harapan tumbuh kemandirian. Dan dari kemandirian, lahirlah masa depan desa.

FEB UNPAS telah menyalakan api kecil di Karawang. Dengan keberlanjutan, pendampingan, dan kolaborasi, api ini bisa menjadi cahaya yang menerangi desa-desa lainnya di Jawa Barat dan Indonesia.